Monday 19 April 2010

Tentang DOA

     







http://www.bicarasufi.com/bsc/viewtopic.php?t=19799 

















Di antara nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah Ta'ala adalah dimudahkannya kita berdo’a kepada Allah Ta'ala tanpa perantara. Kita juga diperintahkan berdo’a langsung kepada Allah Ta'ala tanpa perantara, Allah 'Azza wa jalla pun juga berjanji akan mengabulkan do’a kita. Semua makhluk itu Buluh kasap kepada Allah. Dan Allah 'Azza wa jalla adalah dzat yang maha kaya tidak Buluh kasap kepada makhluk-Nya. Allah Ta'ala telah mewajibkan kepada kita untuk meminta dan berdo’a kepada-Nya.
Allah Ta'ala berfirman :

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ(60)

Dan Rabmu berfirman: "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina.” (QS. Mu’min : 60)

Do’a yang dipanjatkan seorang hamba kepada Allah Ta'ala ada yang dikabulkan, ada juga yang tidak dikabulkan. Sebagaimana seorang hamba shalat, ada yang diterima shalatnya dengan sempurna dan ada yang ditulis ganjaran separuhnya. Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba melakukan shalat, ada yang dapat ganjaran sepersepuluhnya, ada yang mendapat sepersembilannya, ada yang mendapat seperdelapannya, ada yang mendapat sepertujuhnya, ada yang mendapat seperenamnya, ada yang mendapat seperlimanya, ada yang mendapat seperempatnya, ada yang mendapat sepertiganya, ada yang mendapat setengahnya.” (HR. Ahmad [IV/321], Abu Dawud nno.796, at-thahawi syarh musykilil Aatsaar no. 1103 dan al-Baihaqi [II/281] dari ‘Amar bin Yasir. Hadits ini dihasankan oleh syaikh al-Albani dalam Shahiih Sunan Abi Dawud [III/382] no. 761). Kita akan bertanya kepada diri kita mengapa shalat kita diterima sebagiannya ? Mungkin tidak khusyu’, tidak sesuai dengan contoh Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam, dan lain sebagainya. Begitu juga do’a, kita bertanya kepada diri kita di saat do’a kita tidak terkabul, mengapa do’a kita tidak terkabul ? Banyak sebabnya. Maka kita perlu mengkaji tentang do’a, sesungguhnya do’a merupakan suatu ibadah, sebagaimana sabda Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam:

(( اَلدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَة ))

“Do’a adalah ibadah.” (Hadits shahih riwayat Abu Dawud dan selainya).
Karena do’a merupakan ibadah, maka do’a memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi di antaranya adalah adab-adab ketika berdo’a, sebab terkabulkannya do’a, penghalang terkabulkannya do’a, dan kaidah-kaidah yang harus diperhatikan dalam berdo’a agar do’a kita dikabulkan oleh Allah Ta'ala.

ADAB DAN SEBAB TERKABULNYA DO’A

Di antara adab berdo’a dan beberapa faktor penyebab dikabulkannya do’a antara lain :

* Ikhlas kepada Allah Ta'ala semata.

Allah Ta'ala berfirman :

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (5)
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)



* Mengawalinya dengan pujian dan sanjungan kepada Allah Ta'ala, lalu diikuti dengan bacaan shalawat atas Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan diakhiri dengannya.
* Tidak boleh berdo’a dan memohon sesuatu kecuali hanya kepada Allah Ta'ala semata.
* Hendaknya ia dalam keadaan bersuci, menghadap kiblat, mengulangi do’a sebanyak tiga kali Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu : Rasulullah shollallahu 'alaihi wa salam bersabda: “Hendaknya ia dalam keadaan bersuci, menghadap kiblat, mengulangi do’anya sebanyak tiga kali.” (HR. Muslim)
* Tidak memohon agar cepat dikabulkan (tergesa-gesa). Berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiallahu'anhu Rasulullah shollallahu 'alaihi wa salam bersabda: “Do’a akan dikabulkan apabila dia tidak tergesa-gesa untuk dikabulkan seperti mengatakan;“aku sudah berdo’a tapi tidak juga dikabulkan.” (Muttafaqun ‘alaih)
* Hendaknya ia selalu berdo’a dan tidak putus asa.
* Tunduk dan khusyu.

Allah Ta'ala berfirman:

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ(90)

Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo`a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami. (Qs. Al-Anbiya: 90)
Dan Allah Ta'ala berfirman:

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ(55)

Berdo`alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Qs.Al-A’raf : 55)
Seorang hamba dianjurkan untuk selalu memohon dan meminta kepada Allah Ta'ala apa saja yang dibutuhkannya setiap hari untuk kepentingan dunia maupun akhirat, karena semua perbendaharaan langit dan bumi ada di sisi Allah Ta'ala. Allah Ta'ala berfirman:

وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا عِنْدَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ(21)

Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah perbendaharaannya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu. (QS. Al-Hijr: 21)


WAKTU, KEADAAN, DAN TEMPAT DIKABULKANNYA DO’A.

Adapun waktu, keadaan, dan tempat dikabulkannya do’a yaitu:

* Sepertiga malam terakhir pada waktu itu Allah Ta'ala turun kelangit dunia.
* Antara adzan dan iqomat.
* Setelah wudhu dan Setelah shalat fardhu.
* Setelah shalat ashar pada hari jum’at.
* Ketika berbuka puasa dan ketika sahur.
* Ditempat berkumpulnya kaum Muslimin di majlis-majlis ilmu.

Seorang mukmin akan senantiasa berdo’a kepada Rabb-nya kapan dan dimana saja berada, dan do’anya insya Allah akan dikabulkan. Allah Ta'ala berfirman:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي …(186)

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku…” (QS. Al-Baqarah : 186)
Ketahuilah, bahwa waktu-waktu, keadaan dan tempat-tempat diatas perlu mendapat perhatian khusus agar do’a kita dikabulkan oleh Allah Ta'ala.
Kemudian yang harus diperhatikan, karena do’a adalah ibadah, maka pengabulan do’a adalah hak murni milik Allah Ta'ala. Sebagaimana Allah Ta'ala, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam penciptaan, memberikan rizqi, menghidupkan, mematikan dan mengatur alam semesta ini. Demikian pula tidak ada sekutu bagi Allah U dalam segala macam ibadah, temasuk do’a. barang siapa berdo’a meminta sesuatu kepada sesuatu selain Allah Ta'ala maka ia telah jatuh kepada syirkun akbar (syirik yang paling besar), yang menyebabkan tidak dikabulkannya do’a. Dan kita diperintahkan untuk mengikhlaskan ibadah dan do’a semata-mata karena Allah U, tidak kepada yang lain-Nya. Firman Allah Ta'ala :

هُوَ الْحَيُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ(65)

Dialah Yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. (QS. Al-Mukmin: 65)


PENGHALANG TERKABULKANNYA DO’A

Sebagai orang yang beriman kepada Allah Ta'ala, kita kaum muslimin wajib percaya kepada kekuasaan Allah Ta'ala dan segala perintah dan larangan-Nya, semua ketentuan Allah Ta'ala adalah adil dan penuh dengan hikmah. Jika kita berada dalam kesulitan dan kesusahan, kita langsung bermunajat kepada Allah Ta'ala, kemudian Allah U kabulkan do’a kita. Akan tetapi terkadang do’a kita tidak dikabulkan, padahal kita sudah berdo’a siang dan malam, maka kita harus mengintropeksi diri kita, antara do’a yang dikabulkan dengan yang tidak, mana yang lebih banyak? Dan kita juga intropeksi, faktor apa yang menyebabkan do’a kita tidak terkabul? Oleh karena itu, perlu kita ketahui beberapa faktor penyebab do’a kita tidak dikabulkan. Beberapa penghalang terkabulnya do’a seseorang:

* Makan dan minum dari yang haram, mengkonsumsi barang yang haram, dan hasil usaha yang haram. Allah Ta'ala berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ (172)

“Hai orang-orang yang, makanlah diantara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu.” (QS. Al Baqarah: 172).
Dan beliau shollallahu'alaihi wa salam menceritakan seorang laki-lakis :

((….. يَارَبِّ يَارَبِّ، وَ مَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَ مَشْرَبُهُ حَرَامٌ, وَ مَلْبَسُهُ حَراَمٌ، وَ غُذِيَ بِالْحَرَامِ،فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ))

“……Wahai Rabb! Wahai Rabb! Sedangkan makanannya haram, dan minumannya haram, dan pakaiannya haram, dan perutnya dikenyangkan dengan makanan yang haram maka bagaimana permohonannya dikabulkan.” (H.R. Muslim).
b. Minta cepat terkabulkannya do’a yang akhirnya meninggalkan do’a.
Bila seorang muslim minta do’anya segera dikabulkan, kemudian hikmah dari Allah Ta'ala belum terkabul do’a tersebut, maka ia harus bersabar, jangan terputus asa dari rahmat Allah Ta'ala, teruslah berdo’a, karena bila ia isti’jal (minta cepat dikabulkan), maka ia akan terhalang dari terkabulnya do’a, karena tidak ada seorang pun yang bisa memaksa Allah Ta'ala, dan Allah berbuat menurut apa yang Dia kehendaki. Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, ia berkata, Rasulullah shollallahu 'alaihi wa salam bersabda:

((لَا يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَالَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيْعَةِ رَحِمٍ، مَالَمْ يَسْتَعْجِلْ، قِيْلَ:يَا رَسُوْلَ الله وَمَا الاِسْتِعْجَالُ قَالَ: يَقُوْلُ: قَدْ دَعَوْتُ وَ َقْد دَعَوْتُ فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيْبُ لِيْ فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ))

“Do’a seorang hamba akan senantiasa dikabulkan selama ia tidak berdo’a untuk berbuat dosa atau memutuskan tali silaturahmi,selama ia tidak meminta dengan tergesa-gesa. Ada yang bertanya: ‘ya Rasulullah shollallahu 'alaihi wa salam, apa itu isti’jal (tergesa-gesa)? Beliau menjawab: ‘jika seorang berkata: aku sudah berdo’a, memohon kepada Allah, tetapi Allah Ta'ala belum mengabulkan do’aku. Lalu ia merasa putus asa dan akhirnya meninggalkan do’anya tersebut.’” (H.R. Muslim)
c. Melakukan maksiat dan apa yang diharamkan Allah Ta'ala.
Maksiat adalah salah satu penghalang terkabulnya do’a, sebagaimana disebutkan oleh Imam Ibnu Rajab dalam kitabnya, jaami’ul ‘ulumu wal hikam, hal.198. seorang penyair berkata: “bagaimana mungkin kita mengharap terkabulnya do’a, sedangkan jalan kita sudah tertutup dengan dosa dan maksiat.”
Dosa dan maksiat mempunyai pengaruh yang jelek terhadap diri manusia, termasuk juga faktor penghalang terkabulnya do’a. (lihat kitab Ad-Daa’wad dawaa’, Al-Imam Ibnu qayyim Al-Jauziyyah).
d. Meninggalkan kewajiban yang telah Allah Ta'ala wajibkan.
Sebagaimana mengerjakan keta’atan adalah faktor terkabulnya do’a, demikian juga meninggalkan kewajiban adalah penghalang terkabulnya do’a. Salah satu kewajiban seseorang hamba adalah amar ma’ruf dan nahi munkar. Bila kedua hal ini tidak dilaksanakan, maka do’a kita tidak terkabul. Nabi bersabda shollallahu 'alaihi wa salam :
“Demi Allah yang jiwaku berada ditangan-Nya, hendaklah kalian menyuruh yang ma’ruf dan mencegah kemunkaran atau (kalau kalian tidak lakukan maka pasti) Allah akan menurunkan siksa kepada kalian, hingga kalian berdo’a kepada-Nya, tetapi tidak dikabulkan.” (Hadits hasan diriwayatkan At-Tirmidzi no. 2169 dan lain-lain)
e. Lalai dan dikuasai hawa nafsu. Rasulullah shollallahu 'alaihi wa salam bersabda:
“Berdo’alah kalian kepada Allah Ta'ala dengan yakin akan dikabulkan, ketahuilah bahwa Allah Ta'ala tidak mengabulkan do’a dari orang yang lalai dan lengah.” (Hadits hasan diriwayatkan At-Tirmidzi no. 3479, Al-Hakim I/493)
Jika seorang muslim berdo’a dan sudah berusaha memenuhi syarat-syaratnya, serta berusaha menjauhkan penghalang-penghalang terkabulnya do’a, akan tetapi masih juga belum dikabulkan, maka ia harus sabar dan ridha, yakinlah Allah Ta'ala mempunyai hikmah yang sangat tinggi, Allah Ta'ala sangat sayang kepada hamba-Nya dan seorang hamba tidak mengetahui akibat urusan-urusannya. Terkadang seseorang mengharapkan sesuatu, padahal itu jelek untuknya dan dia menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik untuknya. Dia harus ingat bahwa do’a itu adalah seutama-utama ibadah, dan ibadah akan diberi ganjaran dan pahala apabila terpenuhi syarat-syaratnya, sebagaimana ia shalat, puasa, dan juga do’a.


SISI LAIN YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM BERDO’A

* Allah Ta'ala memerintahkan kita untuk banyak berdzikir dan bersyukur kepada-Nya, karena Allah Ta'ala sajalah yang memberikan seluruh nikmat kepada makhluk-Nya. Firman Allah Ta'ala :

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ(152)

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni`mat) -Ku. (QS. Al-Baqarah: 152)

* Allah U berjanji akan memberikan ganjaran kepada orang yang banyak berdo’a dan berdzikir kepada-Nya. Do’a dan dzikir termasuk ibadah yang paling utama. Rasulullah shollallahu 'alaihi wa salam: “ Tidak ada sesuatupun yang paling mulia bagi Allah Ta'ala melainkan do’a.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad. Dihasankan oleh syaikh Al-Albani)
* Kewajiban kita sebagai seorang muslim adalah ittiba’ (mengikuti) Rasulullah shollallahu 'alaihi wa salam agar kita dicintai Allah Ta'ala. Allah Ta'ala berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ(31)

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali-‘Imran: 31)
Agama Islam ini sudah sempurna, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu...” (QS. Al-Maidah: 3)
Allah Ta'ala dan Rasul-Nya shollallahu 'alaihi wa salam telah menjelaskan semua syariat ini, baik perkara kecil maupun yang besar dalam kehidupan manusia, termasuk dalam masalah do’a dan dzikir.

* Tidak boleh seorang pun dari kaum muslimin (apakah ia seorang ustadz, kyiai, habib, atau tuan guru dan yang lainnya), membuat do’a atau dzikir-dzikir tertentu yang tidak ada tuntunannya dari Rasulullah Ta'ala, kemudian mereka mengajarkannya kepada kaum muslimin dan menjadikannya sebagai wirid yang rutin diamalkan setiap waktu dan meninggalkan do’a atau dzikir yang telah diajarkan oleh Rasulullah shollallahu 'alaihi wa salam. Perbuatan ini adalah membuat syari’at yang tidak diizinkan Allah Ta'ala.

Rasulullah r bersabda:“Barangsiapa mengadakan sesuatu yang baru dalam urusan agama kami yang bukan berasal darinya, maka (perbuatan itu) tertolak.” (HR. Al-Bukhari (2697) dan Muslim (1718) dari ‘Aisyah)
Rasulullah shollallahu 'alaihi wa salam bersabda:“Setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di Neraka.” (HR. An-Nasai III/189 dari Jabir dengan sanad yang shahih)
Setiap orang yang mengadakan sesuatu yang baru dalam ibadah, seperti do’a dan dzikir tertentu yang tidak ada tuntunannya dari Rasulullah shollallahu 'alaihi wa salam, maka ia telah berdosa dari empat segi:

* Meninggalkan do’a dan dzikir yang disyari’atkan.
* Menambah-nambah atas syari’at Islam.
* Menyunnahkan sesuatu yang tidak disyari’atkan.
* Mengelabui orang awam yang mereka menganggap bahwa hal itu boleh.


Dengan demikian kita dianjurkan memperbanyak do’a, dan insya Allah do’a kita akan dikabulkan. Jangan sekali-kali kita putus asa dari rahmat Allah Ta'ala. Dan kita harus berhati-hati, jangan sampai kita jatuh dalam perbuatan bid’ah dan syirik yang dengan itu kita berbuat dosa besar dan do’a kita tidak dikabulkan. Karena itu, agar do’a kita terkabul, kita harus menjaga syaria’at yang telah diwajibkan Allah Ta'ala dan Rasul-Nya shollallahu 'alaihi wa salam dan menjauhkan diri dari setiap perkara yang dilarang serta memperbanyak mengamalkan sunah-sunah Rasulullah shollallahu 'alaihi wa salam berdasarkan hadits-hadits yang shahih. Wallahu A’lam bi showab.

No comments:

Post a Comment