Thursday, 25 February 2010

MAULUD NABI - Ibn Taimiyah

http://www.forsansalaf.com/2010/wahabi-salafi-menentang-syeikh-ibnu-taimiyah/

Tak dipungkiri, banyak umat Islam resah dengan keberadaan Wahabi alias Salafy — demikian mereka menjatidirikan kelompoknya. Cara dakwah yang mereka lakukan, membuat umat Islam gerah. Mereka kerap mencela, bahkan menista ulama besar dan gerakan Islam di luar kelompoknya. Pelbagai tuduhan, hujatan, dan lontaran kata-kata kasar keluar dari mulut kaum Wahabi. Dengan enteng, mereka memberi cap-cap (stigma) buruk dengan sebutan ahlu bid’ah, khurafi, penyembah kubur, gerakan sempalan sesat, kepada tokoh dan gerakan Islam yang bukan kelompoknya. Anehnya,  ketika (ulama) wahabi dikritik gerakan Islam lain karena hujjahnya, mereka tidak rela, bahkan menyerang balik habis-habisan para pengkritiknya.
Sebetulnya, kalau mereka mau menelaah ulang kitab para pendahulunya, seperti Ibnu Taimiyah sebagai tokoh sentral mereka. Mereka akan sadar bahwa Ibnu Taimiyah sendiri tidak se-ekstrem kaum salafi sekarang. Peringatan maulid misalnya, Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa merayakan maulid dengan dasar cinta Nabi Saw. adalah bernilai pahala. Kaum wahabi berpendapat sebaliknya. Mereka mengatakan perbuatan itu sebagai bid’ah, kurafat, dan pengkultusan yang ujung-ujungnya adalah syirik.
Bagi masyarakat Muslim, jika ada kelompok yang suka menyalahkan, mencaci-maki dan membid’ahkan amalan-amalan ahlussunnah, cukuplah dijawab dengan dalil-dalil imam mereka sendiri, yang akan kita bahas satu persatu. Dijamin, mereka bakal kelabakan dan diam seribu bahasa. Sebab, nyatanya mereka melabrak pendapat-pendapat para imam mereka sendiri.
Berikut kami tunjukkan beberapa bukti yang shahih.
PERTAMA, tentang maulid. Ibnu Taimiyah dalam kitabnya, Iqtidha’ as-Sirath al-Mustaqim hal.269 menyatakan bahwa mereka yang mengagungkan maulid mendapat pahala besar karena tujuan baik dan pengagungan mereka kepada Rasulullah Saw..”

Terjemah narasi:
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta. Amma ba’du
Peringatan maulid Nabi Saw. itu tergolong bid’ah hasanah. Peringatan semacam ini sudah ditradisikan sejak ratusan tahun lalu. Peringatan ini merupakan kesepakatan yang dilakukan oleh raja-raja, para ulama’, masayikh. Termasuk para ahli hadits, pakar fikih, orang-orang zuhud, para ahli ibadah dan berbagai individu dari kalangan awam.
Di samping itu, peringatan ini punya dasar kuat yang diambil dengan cara istinbath seperti telah dijelaskan Imam al-Hafid Ibnu Hajar dan para ulama ahlussunnah lainnya.
Diantara bidah dan kesesatan para penentang tawassul, mereka mengharamkan maulid dengan ekstrem. Bahkan seorang tokoh mereka, Abubakar Aljazairi –semoga Allah memberinya petunjuk- menyatakan, sembelihan yang disediakan untuk suguhan maulid lebih haram dari babi. Wal iyadzu billah, semoga Allah melindungi kita dari membenci Rasulillah Saw.
Begitu antinya mereka terhadap maulid. Namun yang menarik, Ibnu Taimiyah sendiri tidak mengharamkan, bahkan dalam sebagian fatwanya dia katakan, “Jika maulid dilaksanakan dengan niat baik akan membuahkan pahala,” artinya sah-sah saja dilakukan.
Marilah kita simak kitab Iqtidha’ as-Sirath al-Mustaqim karya seorang filosof mujassim Ahmad ibn Taimiyah (meninggal tahun 728 hijriah) cet. Darul Fikr Lebanon th.1421 H. Pada hal.269 Ibnu Taimiyah berkata,
“Adapun mengagungkan maulid dan menjadikannya acara rutinan, segolongan orang terkadang melakukannya. Dan mereka mendapatkan pahala yang besar karena tujuan baik dan pengagungannya kepada Rasulullah Saw..”
Jika semua ini telah jelas, maka bersama siapakah kelompok sempalan wahabi ini? Mereka tidak bersama ahlussunnah wal jamaah. Tidak pula bersama tokohnya, Ibnu Taimiyah. Sepatutnya mereka mencela diri mereka sendiri, dan bertaubat dari kesesatan mereka selama masih ada kesempatan. Cukuplah sebagai kehinaan, penilaian buruk mereka terhadap hal yang telah disepakati kaum muslimin berabad-abad di penjuru timur dan barat bumi.
Segala puji bagi Allah yang telah memberi kita taufiq untuk menjelaskan hal ini. Semoga salawat dan rahmat Allah tetap tercurah atas Rasulullah Saw..
KEDUA, Ibnu Taimiyah meriwayatkan kisah Abdullah bin Umar yang sembuh dari lumpuhnya setelah ia ber-istighasah dengan memanggil nama Rasulullah Saw..

Terjemahnya:
Alhamdulillah Rabbil Alamin. Salawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad Saw.. Amma ba’du, ini adalah kitab “al-Kalimut Toyyib” karya filsuf mujassim Ahmad bin Taimiyah al Harrani (w.728 H) cet. Darul kutub ilmiyah Beirut 1417 H

“عن الهيثم بن حنش قال كنا عند عبد الله بن عمر رضي الله عنهما فخدرت رجله أي أصابها مثل شلل فقال له رجل اذكر أحب الناس إليك فقال يا محمد فكأنما نشط من عقال -أي تعافى فورا-”.

Pada halaman 123 Ibnu Taimiyah berkata
“Dari al-Haitsam bin Hanasy dia berkata, ‘Kami sedang bersama Abdullah bin Umar r.a. tatkala tiba-tiba kakinya mendadak lumpuh, maka seorang menyarankan ’sebut nama orang yang paling kau cintai!’ maka Abdullah bin Umar berseru, ‘Ya Muhammad!’ maka dia pun seakan-akan terlepas dari ikatan, artinya sembuh seketika.”
Inilah yang diterangkan Ibnu Taimiyah dalam kitabnya “al-Kalimut Toyyib” (perkataan yang baik), yakni dia menilai baik semua isi kitabnya.
Yang dilakukan Abdullah bin Umar ini adalah istighatsah dengan Rasulullah Saw. dengan ucapan ‘Ya Muhammad’
Dalam Islam ini diperbolehkan, Ibnu Taimiyah menganggapnya baik, menganjurkannya, dan mencantumkan dalam kitabnya, “al-Kalimut Toyyib”.
Ini menurut wahabi sudah termasuk kufur dan syirik, artinya istighasah dengan memanggil Nabi Saw. setelah beliau wafat adalah perbuatan kafir dan syirik menurut wahabi.
Apa yang akan dilakukan kaum wahabi sekarang? Apakah mereka akan mencabut pendapatnya yang mengkafirkan orang yang memanggil ‘Ya Muhammad’ ataukah mereka tidak akan mengikuti Ibnu Taimiyah dalam masalah ini? Padahal dialah yang mereka juluki Syeikhul islam.
Alangkah malunya mereka, alangkah malunya para imam yang diikuti Ibn Abdil Wahab karena pendapatnya bertentangan dengan pendapat kaum muslimin.
Dalam hal ini, kaum wahabi, dengan akidah mereka yang rusak, telah mengkafirkan Ibnu Taimiyah, karena ia telah menganggap baik hal yang syirik dan kufur menurut anggapan mereka.
Ini semua adalah bukti bahwa mereka adalah kelompok mudzabdzab (plin-plan),  kontradiksi dan menyimpang dari ajaran Ahlussunnah wal Jamaah
Segala puji selamanya bagi Allah, di permulaan dan penghujung.
KETIGA, dalam Majmu Fatawanya Jilid 4 Hal.379 Ibnu Taimiyah mengakui keberadaan wali qutb, autad dan abdal. Dia juga menegaskan, jika malaikat membagi rejeki dan mengatur alam maka orang-orang saleh bisa berbuat lebih dari para malaikat. Apalagi para wali qutb, Autad, Ghauts, wali abdal dan Nujaba’. (Scan kitab klik di sini)
وَقَدْ قَالُوا : إنَّ عُلَمَاءَ الْآدَمِيِّينَ مَعَ وُجُودِ الْمُنَافِي وَالْمُضَادِّ أَحْسَنُ وَأَفْضَلُ . ثُمَّ هُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ يُلْهَمُونَ التَّسْبِيحَ كَمَا يُلْهَمُونَ النَّفَسَ ؛ وَأَمَّا النَّفْعُ الْمُتَعَدِّي وَالنَّفْعُ لِلْخَلْقِ وَتَدْبِيرُ الْعَالَمِ فَقَدْ قَالُوا هُمْ تَجْرِي أَرْزَاقُ الْعِبَادِ عَلَى أَيْدِيهِمْ وَيَنْزِلُونَ بِالْعُلُومِ وَالْوَحْيِ وَيَحْفَظُونَ وَيُمْسِكُونَ وَغَيْرُ ذَلِكَ مِنْ أَفْعَالِ الْمَلَائِكَةِ . وَالْجَوَابُ : أَنَّ صَالِحَ الْبَشَرِ لَهُمْ مِثْلُ ذَلِكَ وَأَكْثَرُ مِنْهُ وَيَكْفِيك مِنْ ذَلِكَ شَفَاعَةُ الشَّافِعِ الْمُشَفَّعُ فِي الْمُذْنِبِينَ وَشَفَاعَتُهُ فِي الْبَشَرِ كَيْ يُحَاسَبُوا وَشَفَاعَتُهُ فِي أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَدْخُلُوا الْجَنَّةَ . ثُمَّ بَعْدَ ذَلِكَ تَقَعُ شَفَاعَةُ الْمَلَائِكَةِ وَأَيْنَ هُمْ مِنْ قَوْلِهِ : { وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ } ؟ وَأَيْنَ هُمْ عَنْ الَّذِينَ : { وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ } ؟ وَأَيْنَ هُمْ مِمَّنْ يَدْعُونَ إلَى الْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ ؛ وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً ؟ وَأَيْنَ هُمْ مِنْ قَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” { إنَّ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَشْفَعُ فِي أَكْثَرَ مِنْ رَبِيعَةَ وَمُضَرَ } ” ؟ وَأَيْنَ هُمْ مِنْ الْأَقْطَابِ وَالْأَوْتَادِ والأغواث ؛ وَالْأَبْدَالِ وَالنُّجَبَاءِ ؟
Apakah ini pendapat Ibnu Taimiyah ini tergolong khurafat, takhayul dan bid’ah? Adakah dasarnya dari Qur’an dan Sunnah?
KEEMPAT, tentang hadiah pahala, Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa barangsiapa mengingkari sampainya amalan orang hidup pada orang yang meninggal maka ia termasuk ahli bid’ah. Dalam Majmu’ fatawa jilid 24 halaman 306 ia menyatakan, “Para imam telah sepakat bahwa mayit bisa mendapat manfaat dari hadiah orang lain. Ini termasuk hal yang pasti diketahui dalam agama Islam, dan telah ditunjukkan dengan dalil kitab, sunnah, dan ijma’ (konsensus) ulama’. Barang siapa menentang hal tersebut, maka dia termasuk ahli bid’ah”. (Scan kitab klik di sini)
Hal senada juga diungkapkannya berulang-ulang di kitabnya, Majmu’ Fatawa, diantaranya  pada Jilid 24 hal. 324 (scan kitab klik di sini)
KELIMA, tentang tasawuf. Dalam kumpulan fatwa jilid 10 hal. 507, Syeikh Ibnu Taimiyah berkata, “Adapun para imam sufi dan para syeikh yang dulu dikenal luas, seperti Imam Juneid bin Muhammad beserta pengikutnya, Syeikh Abdul Qadir Jaelani serta yang lainnya. Maka, mereka adalah orang-orang yang paling teguh dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah.”
Selanjutnya, pada jilid. 11 hal. 18 Ibnu Taimiyah berkata,

والصواب أنهم مجتهدون في طاعة الله

“Yang benar, para sufi adalah mujtahidin dalam taat kepada Allah.” (scan kitab klik di sini)
KEENAM, pujian Ibnu Taimiyah terhadap para ulama sufi. Berikut ini kutipan dari surat panjang Ibnu Taimiyah pada jamaah Imam Sufi Syekh Adi bin Musafir Al Umawi, (Majmu’ Fatawa jilid 3 hal. 363-377). Ini sudah cukup menjadi bukti, begitu hormatnya Ibnu Taimiyah pada kaum sufi.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مِنْ أَحْمَدَ ابْنِ تيمية إلَى مَنْ يَصِلُ إلَيْهِ هَذَا الْكِتَابُ مِنْ الْمُسْلِمِينَ الْمُنْتَسِبِينَ إلَى السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ ؛ الْمُنْتَمِينَ إلَى جَمَاعَةِ الشَّيْخِ الْعَارِفِ الْقُدْوَةِ . أَبِي الْبَرَكَاتِ عَدِيِّ بْنِ مُسَافِرٍ الْأُمَوِيِّ ” – رَحِمَهُ اللَّهُ – وَمَنْ نَحَا نَحْوَهُمْ –

Dari Ahmad Ibnu Taimiyah kepada penerima surat ini, kaum muslimin yang tergolong Ahlussunnah wal Jamaah, yang bernisbat pada jamaah Syeikh al-Arif, seorang panutan, Yang penuh berkah, Adi bin Musafir Al Umawi (Scan kitab klik di sini)

وَلِهَذَا كَثُرَ فِيكُمْ مِنْ أَهْلِ الصَّلَاحِ وَالدِّينِ..

Karenanya, banyak diantara kalian orang-orang saleh yang taat beragama.. (scan kitab klik di sini)

وَفِي أَهْلِ الزَّهَادَةِ وَالْعِبَادَةِ مِنْكُمْ مَنْ لَهُ الْأَحْوَالُ الزَّكِيَّةُ وَالطَّرِيقَةُ الْمَرْضِيَّةُ وَلَهُ الْمُكَاشَفَاتُ وَالتَّصَرُّفَاتُ . وَفِيكُمْ مِنْ أَوْلِيَاءِ اللَّهِ الْمُتَّقِينَ مَنْ لَهُ لِسَانُ صِدْقٍ فِي الْعَالَمِينَ

Diantara orang-orang zuhud dan ahli ibadah dari golongan kalian terdapat mereka yang punya kepribadian bersih,  jalan yang diridoi, ahli mukasyafah dan tasarruf. Diantara kalian juga terdapat para wali Allah yang bertakwa dan menjadi buah tutur yang baik di alam raya. (Scan kitab klik di sini)
Cermati kata-kata yang dipakai  Ibnu Taimiyah dalam risalahnya berikut: panutan, Abil barakat, berkepribadian bersih,  jalan yang diridoi, ahli mukasyafah dan tasarruf, para wali Allah. Semua itu menyuratkan pengakuan beliau akan kebesaran orang-orang sufi yang bersih hati. Adakah orang-orang wahabi sekarang ini meneladani beliau?
Surat tersebut selengkapnya juga bisa dibaca di Maktabah Syamilah versi 2 Juz 1 hal. 285-286.
KETUJUH, Ibnu Taimiyah mengakui khirqah sufiyah dalam kitabnya, Minhajus Sunnah Jilid 4 Hal. 155

الخرق متعددة أشهرها خرقتان خرقة إلى عمر وخرقة إلى علي فخرقة عمر لها إسنادان إسناد إلى أويس القرني وإسناد إلى أبي مسلم الخولاني وأما الخرقة المنسوبة إلى علي فإسنادها إلى الحسن البصري

“Khirqah itu ada banyak macamnya. Yang paling masyhur ada dua, yakni khirqah yang bersambung kepada Sayidina Umar dan khirqah yang bersambung kepada Sayidina Ali bin Abi Thalib. Khirqah Umar memiliki dua sanad, sanad kepada Uwais Al-Qarniy dan sanad kepada Abu Muslim Al-Khawlaniy. Adapun khirqah yang dinisbatkan kepada Ali bin Abi Thalib, sanadnya sampai kepada Imam Hasan Al-Bashri.” (Scan kitab klik di sini)
Jelas sudah, Ibnu Taimiyah menyatakan keberadaan sanad khirqah ini. Lantas, apakah beliau punya sanad khirqah? Dalam kitab yang sama beliau memberi jawab,

وقد كتبت أسانيد الخرقة لأنه كان لنا فيها أسانيد

“Aku telah menulis sanad-sanad khirqah, karena kami juga punya beberapa sanad khirqah” (scan kitab klik di sini)
Kini kita telah paham, Ibnu Taimiyah ternyata memiliki khirqah. Tak hanya satu, tapi beberapa. Lantas apakah Syaikh-syaikh wahabi saat ini juga punya khirqah seperti halnya Ibnu Taimiyah?.
KEDELAPAN, Pernyataan bahwa seluruh alam takkan diciptakan kalau bukan karena Rasulullah Saw. bisa dibenarkan. (Majmu’ Fatawa jilid 11 hal. 98)

وَمُحَمَّدٌ إنْسَانُ هَذَا الْعَيْنِ ؛ وَقُطْبُ هَذِهِ الرَّحَى وَأَقْسَامُ هَذَا الْجَمْعِ كَانَ كَأَنَّهَا غَايَةُ الْغَايَاتِ فِي الْمَخْلُوقَاتِ فَمَا يُنْكَرُ أَنْ يُقَالَ : إنَّهُ لِأَجْلِهِ خُلِقَتْ جَمِيعهَا وَإِنَّهُ لَوْلَاهُ لَمَا خُلِقَتْ فَإِذَا فُسِّرَ هَذَا الْكَلَامُ وَنَحْوُهُ بِمَا يَدُلُّ عَلَيْهِ الْكِتَابُ وَالسُّنَّةُ قُبِلَ ذَلِكَ

“Nabi Muhammad Saw. adalah esensi kedua mata ini. Beliau adalah poros segala pergerakan alam ini. Ia laksana puncak dari seluruh penciptaan. Maka tak bisa ditepis lagi bahwa untuk beliaulah seluruh alam ini diciptakan. Kalau bukan karena beliau, takkan wujud seluruh semesta ini. Bila ucapan ini dan semisalnya ditafsir sesuai dengan Al-Quran dan Hadis maka hendaknya diterima.”  (Scan kitab klik di sini)
Demikianlah sekelumit data dari hasil penelitian obyektif pada kitab-kitab Ibnu Taimiyah sebagai rujukan kaum wahabi. Tak ada sentimen pribadi yang melandasi tulisan ini. Kami hanya berharap semua pihak bisa menerima kebenaran secara obyektif, lalu tak ada lagi sikap cela-mencela di antara sesama muslim. Ibnu KhariQ


Hukum Menyambut Maulid Nabi-Dr. Yusuf Qardhawi

Hukum Menyambut Maulid Nabi




Hukum Menyambut Mailudul Rosul Menurut Ulamak Kontemporari

Celebrating the Prophet's Birthday

Date of Fatwa

19/ April/ 2001

Date of Reply

19/ April/ 2001

Topic Of Fatwa

Miscellaneous

Question of Fatwa

As Salaamu `alaykum. Does celebrating the birthday of Prophet Muhammad, peace and blessings be upon him, have any evidence from the Qur'an and Sunnah? www.Sunnidawateislami.Com has answered that question in their question-answer column saying that it is allowed to celebrate the Prophet's birthday, the Qur`an has approved it and there is evidence from it in the Sunnah. When I discuss this matter with my family, I tell them it is Bid`ah (innovation). Am I right? I'd like you to please clarify this matter to me. I'd also like to know the correct date of birth of our Prophet, peace and blessings be upon him, and the date he died.
Name of Mufti Islam Online Fatwa Committee
Content of Reply
Wa`alykum as-salaamu wa rahmatul Allahi wa barakaatuh.

In the Name of Allah, Most Gracious, Most Merciful.

All praise and thanks are due to Allah , and peace and blessings be upon His Messenger.

Sheikh `Atiyyah Saqr answers:

According to historians, the Fatimides were the first to celebrate the Prophet's birthday. Qalqashandi, in his book Subh Al-A`sha, says that the Fatimides used to make a huge celebration in Egypt and distribute large amounts of sweets for the occasion. Actually, the Fatimides used to celebrate the birthdays of other members of the Prophet's family and they also celebrated Christ's birthday.

However, all of these celebrations were stopped in 488 upon an order from Caliph Al-Musta`li billah appointed as prime minister Al-Afdal Shahindah, son of Commander-in-chief Badr Al-Jamaali, a powerful man who conformed to the Sunnah as stated by Ibn Al-Atheer in his book Al-Kamel, volume 8, page 302.

People stopped celebrating such occasions till Al-Ma'moon Al-Bataa'ihi came to power and issued an official decree in 517 enjoining the distribution of alms in 12th Rabee` Al-Awwal. Sanaa' Al-Malik was in charge of distributing them.

When the Ayoubides came to power, they stopped all Fatimide practices, but families used to celebrate the Prophet's birthday in their houses. Then it returned to be officially celebrated at the beginning of the seventh century in the city of Irbil upon a decree from its prince, Muzafar Al-Deen Abi Sa`d Kawakbri Ibn Zein Ed-Deen `Ali- Ibn Tabakatikin, who was a Sunni.

Muzafar gave great care and attention to such celebrations and ordered marquis to be erected starting from the beginning of Safar. Such tents, which were wonderfully decorated and extended from Al-Qal`a gate till the Khandaq gate. Muzafar used to go everyday after `Asr prayer to watch the festivities in these tents.

The celebration was sometimes held on the 8th of Rabee` Al-Awwal (and sometimes on the 12th) which used to be an official holiday so that the people could enjoy the festival. Two days before the actual celebration, Muzafar used to order the sheep, cows and camels to be slaughtered in the main avenue amidst cheerful festivities, then the meat would be cooked and distributed among the people.

Ibn Al-Haajj Abu `Abdullah Al-`Abdari says that such festivals were widespread in Egypt during his rein and condemned the innovations that used to take place during such festivals. (Al-Madkhal, volume 2, p 11, 12)

Many books were written on the Prophet's birthday in the seventh century such as the stories of Ibn Dahya, who died in Egypt in 633 AH, Muhy Ed-Deen Ibn Al-`Arabi, who died in Damascus in 683 AH, Ibn Taghrabik, who died in Egypt in 670 AH; and Ahmad Al-`Azli and his son Muhammad, who died in Sabata in 670 AH.

Due to the spread of innovation during such celebrations, scholars have denounced them and stated that they were groundless. Among those scholars is the Maliki jurist Taaj Ad-Deen `Umar Ibn Al-Lakhmi Al-Sakandari known as Al-Fakahaani, who died in 731 AH, wrote his thesis Al-Mawrid fil Kalaam `Ala-Mawlid on this issue and As-Syooti quotes it in his book Husn Al-Maqsid.

Sheikh Muhammad Fadl `Ashoor says that in the ninth century, scholars were divided over the issue. Some said it was permissible, others said it was not and it was recommended by As-Siyooti, Ibn Hajar Al-`Asqalaani and Ibn Hajar Al-Haythmi, yet they condemned the innovations that took place during such festivities. Their opinion was derived from the verse: "And remind them of the days of Allah" (Ibraheem: 5).

Explaining the previous verse, An-Nasaa`i and `Abdullaah Ibn Ahmad report in Zawayd Al-Musnad and Al-Bayhaqi in Shu'ab Al-Iman reports on the authority of Ibn Ka`b that he said that the Prophet, peace and blessings be upon him, said: "The days of Allah" are Allah's Blessings and Signs, and the Prophet's birth is a great bliss. (Al-Aloosi's Rooh Al-Ma`aani)

Muslim reports on the authority of Qatadah Al-Ansaari that the Prophet, peace and blessings be upon him, was asked about fasting on Monday and he replied: "It is the day on which I was born and on which I received the Divine Revelation". It is also reported on the authority of Ibn `Abbas and Ibn Jabir that the Prophet, peace and blessings be upon him, was born in the "year of the elephant" on the 12th of Rabee` Al-Awwal. He also received the Divine Revelation, ascended to the Heavens, migrated to Madinah and died on the 12th of Rabee` Al-Awwal.

The Prophet, peace and blessings be upon him, says that the day he was born was a special day. Since it is well known from Shari`ah that Muslims should seize the opportunity in blessed days and do good deeds, Muslims should celebrate the Prophet's birthday so as to thank Allah for guiding them to Islam through Prophet Muhammad, peace and blessings be upon him.

Therefore, celebrating the Prophet's birthday is permissible provided that it does not include committing any of the prohibited things. As for throwing banquets, this comes under the verse saying: "O ye who believe! Eat of the good things wherewith We have provided you, and render thanks to Allah if it is (indeed) He whom ye worship.þ" (Al-Baqarah: 172)

My opinion is that celebrating such a religious occasion is recommended especially nowadays for youth have become forgetful of these religious occasions and their significance because they have indulged in other celebrations.

Celebrating such a great event should be done through reading more about the Prophet's Sunnah and life, building mosques, religious institutes and doing other forms of charity work that remind people of the Prophet's life and his struggle.

Therefore, it is permissible to celebrate the Prophet's birthday as an expression of our love to him and our endeavor to follow him as an example provided that these celebrations do not involve any of the prohibited things. Some prohibited things are improper intermingling between men and women, behaving improperly at mosques and partaking in innovations such as worshiping at tombs and other things that violate the teachings of Islam. If such previously mentioned violations surpass the religious benefit realized from these celebrations, then they should be stopped in order to prevent harm and wrongdoing as indicated in the Shari`ah.


Sheikh Yusuf Al-Qaradawi adds:

We all know that the Companions of the Prophet, peace and blessings be upon him, did not celebrate the Prophet's birthday, Hijrah or the Battle of Badr, because they witnessed such events during the lifetime of the Prophet who always remained in their hearts and minds.

Sa`d Ibn Abi Waqqaas said that they were keen on telling their children the stories of the Prophet's battles just as they were keen on teaching them the Qur'an. Therefore, they used to remind their children of what happened during the Prophet's lifetime so they did not need to hold such celebrations. However, the following generations began to forget such a glorious history and its significance. So such celebrations were held as a means of reviving great events and the values that we can learn from them.

Unfortunately, such celebrations include some innovations when they should actually be made to remind people of the Prophet's life and his call. Actually, celebrating the Prophet's birthday means celebrating the birth of Islam. Such an occasion is meant to remind people of how the Prophet lived.

Allah Almighty says: "Verily in the Messenger of Allah ye have a good example for him who looketh unto Allah and the last Day, and remembereth Allah much." (Al-Ahzab: 21)þ

By celebrating the Prophet's Hijrah, we should teach them values such as sacrifice, the sacrifice of the Companions, the sacrifice of `Ali who slept in the Prophet's place on the night of the Hijrah, the sacrifice of Asmaa' as she ascended the Mountain of Thawr. We should teach them to plan the way the Prophet planned for his Hijrah, and how to trust in Allah as the Prophet did when Abu Bakr told him: "We could be seen so easily, the Prophet replied saying: "O Abu Bakr! What do you think of two when Allah is their third?" "Have no fear, for Allah is with us." (At-Tawbah: 40)

We need all these lessons and such celebrations are a revival of these lessons and values. I think that these celebrations, if done in the proper way, will serve a great purpose, getting Muslims closer to the teachings of Islam and to the Prophet's Sunnah and life.

As for celebrating `Ashooraa', the Prophet, peace and blessings be upon him, celebrated this day by fasting only. He asked the Jews why they fasted on that day and they told him that it was the day that Allah saved Moses and the people of Israel. The Prophet replied saying: "We have more of a right to Moses than you." So he fasted on that day and ordered the people to fast on that day. He also said near the end of his life: "By Allah, if I lived longer I would fast on the 9th of Muharram." That is, that he would fast on the 9th and the 10th in order to be different from the Jews who fast on the 10th only. However, some of the Sunnis celebrate `Ashura as if it were a feast. The Shi`ah consider it a day of sadness and mourning, but all such things are innovations and are completely un-Islamic.

As for the second part of the question, the exact date of the Prophet's birth is disputed , but it is most likely to be on Monday, 9th Rabee` Al-Awwal (20th or 22nd of April, 571 AC), the same year in which the invasion of the Elephants took place against the Ka`bah. And he, peace and blessings be upon him, passed away on Monday 12, Rabee` Al-Awwal in the eleventh year of Hijrah (8 June 632 AC.)

Allah Almighty knows best.

Source : http://www.sunnah.org/ibadaat/islamonline_mawlid_fatwa.htm

Menzahirkan Kegembiraan dalam Menyambut Detik Kelahiran Insan Pilihan (Saidina Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam)

       Menzahirkan Kegembiraan dalam Menyambut Detik Kelahiran Insan Pilihan (Saidina Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam)

http://mukhlis101.multiply.com/journal/item/335/Menzahirkan_Kegembiraan_dalam_Menyambut_Detik_Kelahiran_Insan_Pilihan_Saidina_Rasulullah_shollallahu_alaihi_wasallam
Menzahirkan Kegembiraan
dalam
Menyambut Detik Kelahiran Insan Pilihan
(Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam)

Bergembiralah dengan Kurniaan dan Rahmat Allah s.w.t.

Allah s.w.t. berfirman:

قُلْ بِفَضْلِ ٱللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُواْ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ

Maksudnya:

Katakanlah: “Dengan kurniaan Allah dan rahmat-Nya, maka dengan itu hendaklah mereka bergembira. (Kurnia Allah dan rahmatNya) itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan

[Surah Yunus: 58]

Imam As-Suyuti meriwayatkan:

وأخرج أبو الشيخ عن ابن عباس رضي الله عنهما في الآية قال:

 فضل الله العلم، ورحمته محمد صلى الله عليه وسلم

Abu As-Syeikh meriwayatkan daripada Saidina Ibn Abbas r.a. tentang tafsiran ayat ini:

Kurniaan Allah adalah Ilmu dan rahmat-Nya adalah (Saidina) Muhammad Shollallahu ‘alaihi wasallam

[rujuk Ad-Durr Al-Manthur oleh Imam As-Suyuti. Ia juga diriwayatkan dalam Al-Bahr Al-Muhith oleh Imam Abu Hayyan.]

Hal ini berdasarkan firman Allah s.w.t.:

 وَمَا أرْسَلنَاكَ إلا رَحْمَةً لِلعَالمِين

Maksudnya:

Tidak Aku utuskan engkau (wahai Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam) melainkan sebagai rahmat buat sekalian alam

[Surah Al-Anbiya’: 107]

Dalam riwayat lain, Imam As-Suyuti menukilkan tafsir Saidina Ibn Abbas r.a. yang lain:

وأخرج الخطيب وابن عساكر عن ابن عباس رضي الله عنهما { قل بفضل الله } قال: النبي صلى الله عليه وسلم، { وبرحمته } قال: علي بن أبي طالب رضي الله عنه.

Maksudnya:

Imam Al-Khatib dan Al-Hafiz Ibn Asakir r.a. meriwayatkan daripada Saidina Ibn Abbas r.a.:

((Katakanlah dengan kurniaan Allah…)), beliau berkata: (Kurnia Allah) ialah (Saidina) Nabi (Muhammad) shollallahu ‘alaihi wasallam,
sedangkan  ((…dan rahmatNya…)), beliau berkata: (rahmat-Nya) ialah (Saidina) Ali r.a..

[ Rujuk Ad-Durr Al-Manthur dan Ruh Al-Ma’ani oleh Imam Al-Alusi]

Rahsia Puasa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam pada Hari Isnin

Sebuah hadith ada menyebut:

وسئل عن صوم يوم ‏ ‏الاثنين قال ذاك يوم ولدت فيه ويوم بعثت ‏ ‏أو أنزل علي فيه

Maksudnya:

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa pada hari Isnin lalu Baginda shollallahu ‘alaihi wasallam menjawab:

Hari tersebut aku dilahirkan dan hari tersebut aku dibangkitkan menjadi Rasul dan diturunkan ke atasku (wahyu) pada hari tersebut

[Hadith riwayat Imam Muslim dalam Sahihnya no: 1977 dan Imam Ahmad dalam Musnadnya no: 21498 dan 21501]

Majlis Para Sahabat r.a. dalam Mengingati Rasulullah shollallahu ‘alahi wasallam sebagai Anugerah Allah

Dalam hadith lain ada menyebut:

إن رسول الله ‏ ‏صلى الله عليه وسلم ‏ ‏خرج على حلقة ‏ ‏يعني من أصحابه فقال ما أجلسكم قالوا جلسنا ‏ ‏ندعو الله ونحمده على ما هدانا لدينه ومنّ علينا بك

قال ‏ ‏آلله ما أجلسكم إلا ذلك قالوا ‏ ‏آلله ما أجلسنا إلا ذلك قال أما إني ‏ ‏لم أستحلفكم تهمة لكم وإنما أتاني ‏ ‏جبريل ‏ ‏عليه السلام ‏ ‏فأخبرني أن الله عز وجل ‏ ‏يباهي بكم الملائكة ‏

Maksudnya:

Sesungguhnya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam pernah keluar menuju suatu halaqah (dari kalangan para sahabat) maka Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bertanya:

Apa yang menyebabkan kamu semua duduk (berhimpun)?

Mereka menjawab:

Kami duduk (bersama-sama) kerana berdoa kepada Allah s.w.t., bersyukur kepadaNya terhadap hidayahNya kepada agamaNya dan mengurniakan engkau (Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam) kepada kami.

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bertanya semula:

Demi Allah, kamu semua tidak duduk melainkan kerana itu?

Mereka menjawab:

Demi Allah, kami tidak duduk (berhimpun) melainkan kerana itu.

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam kemudian menjawab:

Sesungguhnya aku tidak meminta kalian bersumpah sebagai tohmah kepada kamu (untuk membebankan kamu). Tetapi, Jibril a.s. telah datang kepadaku lalu memberitahuku bahawasanya Allah s.w.t. bermegah-megahan dengan kamu semua di hadapan para malaikat.

[Hadith riwayat Imam An-Nasa’ie dalam As-Sunan (no: 5331) dan Imam Ahmad (no: 16232) dengan lafaz ini]

Qasidah Al-Hafiz Ad-Dimasyqi Tentang Keistimewaan Maulid

Al-Hafiz Shamsuddin Muhammad Ad-Dimasyqi menyebut dalam syairnya:

اذا كان هذا كافرا جآء ذمه * وتبت يداه في الجحيم مخلدا
أتى أنه في يوم الاثنين دائما * يخفف عنه للسرور بأحمدا
فما الظن بالعبد الذي كان عمره * بأحمد مسرورا ومات موحدا؟

Maksudnya:

Jika si kafir ini (Abu Lahab) yang dicela (dalam Al-Quran)
Dalam celaka kedua-dua tangannya lagi kekal dalam neraka,

Telah diriwayatkan bahawasanya dia pada setiap hari Isnin
Diringankan azab kerana gembira dengan (kelahiran) Ahmad,

Bagaimana pula seseorang yang gembira seumur hidupnya dengan kelahiran Muhammad
dan dia mati dalam mentauhidkan Allah (Islam)?

(It is proven that Abu Lahab's punishment of fire is reduced on every Monday because he rejoiced on brith of Prophet (salallaho alaihi wasalam) and freed the slave-woman Thawba (RA) When Abu Lahab, whose eternal abode is hell fire and regarding whom whole surah of Tabad Yada (i.e. Surah Lahab) was revealed, he gets Takhfif in his Adhaab every Monday then Imagine the situation of a (momin) who has spent his life in rejoicing over birth of Prophet (saw) and died as a Mawhid)

[ rujuk Maurid As-Sadi oleh Imam Ad-Dimasyqi dan Az-Zakha’ir Al-Muhammadiyyah oleh Sheikh As-Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani m/s: 319]

Adapun kisah Abu Lahab mendapat keringanan dalam neraka diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam bab An-Nikah no: 4711 di mana dia mendapat minuman kerana memerdekakan Thuwaibah kerana bergembira dengan kelahiran Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.

Antara Ulama’ yang Menulis Kitab Maulid


  • الحافظ عبد الرحيم العراقي: توفي 808 هـ، له مولد باسم المورد الهني في المولد السني.
  • الحافظ ابن كثير: توفي 774 هـ، وله مولد طبع بتحقيق د صلاح الدين المنجد.
  • الحافظ السخاوي: توفي 902 هـ، وله مولد باسم الفخر العلوي في المولد النبوي.
  • الحافظ ابن الجوزي: توفي 597 هـ، وله مولد باسم العروس، وقد طبع في مصر.
  • الحافظ أبو الخطاب عمر بن علي بن محمد المعروف بابن دحية الكلبي: توفي 633 هـ، وله مولد باسم التنوير في مولد البشير النذير.
  • شمس الدين ابن ناصر الدين الدمشقي: توفي 842 هـ، وله مولد باسم المورد الصاوي في مولد الهادي وجامع الآثار في مولد المختار واللفظ الرائق في مولد خير الخلائق.
  • الإمام ملا علي قاري: توفي 1014 هـ، وله مولد باسم المورد الروي في المولد النبوي وهو مطبوع
  • الإمام الحافظ شمس الدين ابن الجزري: توفي 660 هـ، إمام القراء، وله مولد باسم عرف التعريف بالمولد الشريف.
  • الإمام علي زين العابدين السمهودي: توفي 911 هـ، وله مولد اسمه الموارد الهنية في مولد خير البرية.
  • الحافظ محمد الشيباني المعروف بابن الديبع: توفي 944 هـ.
  • الإمام ابن حجر الهيتمي: توفي 974 هـ، وله مولد باسم إتمام النعمة على العالم بمولد سيد ولد آدم.
  • الإمام الخطيب الشربيني: توفي 1014 هـ، وله مولد باسم المولد الروي في المولد النبوي.
  • المحدث جعفر بن حسن البرزنجي: توفي 1177 هـ، وله مولد باسم عقد الجوهر في مولد النبي الأزهر، وهو من أكثر الموالد انتشارا في البلاد الإسلامية.
  • الإمام أبو البركات أحمد الدردير: توفي 1201 هـ، وله مولد مطبوع في مصر.
  • الإمام عبد الهادي نجا الأيباري المصري: توفي 1305 هـ، وله مولد مخطوط.
  • الشيخ يوسف النبهاني : توفي 1350 هـ، وله مولد باسم جواهر النظم البديع في مولد الشفيع، طبع في بيروت.
  • الحبيب عمر بن حفيظ : وله مولد باسم الضياء اللامع بذكر مولد النبي الشافع.
[Rujuk kitab:  كتاب حول الاحتفال بذكرى المولد النبوي الشريف m/s 93-103]

Qasidah Burdah
(Bahagian Keempat: Kelahiran Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam)


أبان مولده عن طيب عنصـــــــــره  # يا طيب مبتدأ منه ومختتــــــــــــــم
يومٌ تفرَّس فيه الفرس أنهـــــــــــــم # قد أنذروا بحلول البؤْس والنقـــــــم
وبات إيوان كسرى وهو منصــــدعٌ # كشمل أصحاب كسرى غير ملتئـــم
والنار خامدة الأنفاس من أســــــفٍ # عليه والنهر ساهي العين من سـدم
وساءَ ساوة أن غاضت بحيرتهـــــا # ورُد واردها بالغيظ حين ظمــــــــي
كأن بالنار ما بالماء من بــــــــــــلل # حزناً وبالماء ما بالنار من ضــــرمِ
والجن تهتف والأنوار ساطعـــــــــةٌ # والحق يظهر من معنى ومن كلــــم
عموا وصموا فإعلان البشائر لـــــم # تسمع وبارقة الإنذار لم تُشــــــــــَم
من بعد ما أخبره الأقوام كاهِنُهُـــــــمْ # بأن دينهم المعوجَّ لم يقــــــــــــــــمِ
وبعد ما عاينوا في الأفق من شهـب # منقضةٍ وفق ما في الأرض من صنم
حتى غدا عن طريق الوحى منهــزمٌ # من الشياطين يقفو إثر منـــــــــهزم
كأنهم هرباً أبطال أبرهــــــــــــــــــةٍ #  أو عسكرٌ بالحصى من راحتيه رمـى
نبذاً به بعد تسبيحٍ ببطنهمــــــــــــــا #  نبذ المسبِّح من أحشاءِ ملتقـــــــــــم


Terjemahan dalam bahasa Indonesia
Oleh: H. M. Masykuri Abdurrahman

Kelahiran Sang Nabi
Menampakkan Kesucian Diri
Alangkah Indah Permulaannya
Juga Indah Penghabisannya

Hari Kelahiran Baginda
Saat Ada Firasat Bangsa Persia
Bahwa Ada Peringatan Kepada Mereka
Datangnya Bencana Dan Siksa

Saat Menjelang Malam Tiba
Istana Kisra Hancur Terbelah
Sebagaimana Kumpulan Sahabat Kisra
Tiada Menyatu Terpecah Belah

Api Sesembahan Padam
Karena Duka Yang Mencekam
Sungai Eufrat Tak Mengalir Muram
Karena Susah Yang Amat Dalam

Penduduk Negeri Sawah Resah Duka
Saat Danaunya Kering Keronta
Pengambil Air Kembali Dengan Tangan Hampa
Kecewa Ketika Terjerat Rasa Dahaga

Seakan Akan Pada Api Nan Membara
Terdapat Cairan Air Karena Duka
Dan Pada Air Nan Sejuk Segar
Terdapat Api Yang Membakar

Para Jin Menjerit Suara
Cahaya Membumbung Ke Angkasa
Kebenaran Tampak Nyata
Dari Makna Maupun Kata

Mereka Buta Dan Tuli Tak Dengar
Hingga Kabar Gembira Tiada Didengar
Begitu Juga Kilatan Peringatan
Sama Sekali Tak Terhiraukan

Para Dukun Mereka
Telah Kabarkan Berita
Bahwa Agama Mereka
Bengkok Tak Bertahan Lama

Setelah Mereka Menyaksikan
Bintang – Bintang Di Ufuk Berjatuhan
Bersamaan Di Bumi Ada Kejadian
Berhala- Berhala Runtuh Bergelimpangan

Hingga Lenyap Syetan Berlari
Dari Pintu Langit Jalan Wahyu Ilahi
Mereka Lari Mengikuti
Syetan Nan Berlari Tak Henti

Seakan – Akan Syetan Yang Berlari Duka
Laksana Prajurit Raja Abrahah
Atau Laksana Kumpulan Tentara
Terlempari Kerikil Tangan Rasulullah

Batu Yang Nabi Lemparkan
Setelah Bertasbih Dalam Genggaman
Bak Terlemparnya Nabi Yunus
Dari Telanan Perut Ikan Paus

[http://dayahdarulkhairat.wordpress.com/2009/12/15/terjemahan-qashidah-burdah ]


Terjemahan Bahasa Inggeris:

His birth distinctly showed his pure origin.
O the excellence! Of his beginning and his end.

On that day the Persians discovered that they (were going face misfortune)
Were warned with the approach of misfortune and punishment.
And the walls of the palace of Kisra trembled and crumbled.

Like how the army of Kisra was scattered never to be untied again.
And the fire (of the Persians) took a cool breath (subsided and died out), out of regret.

While the rivers (of Persia) had sleepless eyes (dries up) from excessive sorrow.
Saawah (village in Persia) became grief stricken with the drying up of its lake.

And the (thirsty) water bearer returned in anger with disappointment.

It is as though fire became wet like water.
Due to grief, while water was (affected by) the blazing fire.

And the jinn was shouting (at the appearance of Rasulullah Sallallahu Alayhi Wasallam) and the NUR was glistening.
And the truth (nubuwaat) appeared with these anwaar, and with their voices.

 (The kaafir) became blind and deaf, to the announcements of glad tidings.
Nor did they hear and the lighting of warning was nor seen by them.

After their fortune tellers had informed the people.
That their false religions would not stand.

And even after they witnessed shooting stars on the horizon.
Falling, just as (their) idols were (falling) on earth.

So much so that they kept running from the path of wahi
The devils (shaytaan), one after the other.

As though in running away the shaytaan were the army of Abrahah.
Or like that army (put to flight) upon whom (Rasulullah Sallallahu Alayhi Wasallam) threw pebbles.

Which he threw after their making tasbih in his (mubarak hands).
Like how ( Hadhrat Yunus Alayis Salaam) when he made tasbih (of Allah) was thrown out from the stomach of the swallowing (fish).

[http://www.deenislam.co.uk/burdah/b7.htm ]


Maulid Al-Barzanji

ولما تم حمله صلي الله عليه وسلم تسعة أشهر قمرية * وآن للزمان أن ينجلي عنه صداه * حضر أمه ليلة مولده آسية ومريم في نسوة من الحظيرة القدسية * وأخذها المخاض فولدته صلي الله عليه وسلم نورا يتلألأ سناه

ومحيا كالشمس منك مضيء # أسفر عنه ليلة غــراء
ليلة المـولد الذي كــان للديـ # ن سرور بيومه وازدهاء
يوم نالت بوضعه ابنه وهب # من فخار ما لم تنله النساء
وأتت قومهــا بأفضــل مما # حملت قبل مريم العـذراء
مولد كان منه في طالع الكـ # فــر وبـال عليـهم ووبــاء
وتوالت بشري الهواتفث أن قد # ولد المصطفي وحق الهناء



Terjemahan:

Dan ketika Siti Aminah telah sempurna mengandung Nabi saw. Sembilan bulan lamanya, menurut perkataan ahli-ahli Tarikh yang kuat keterangannya, pada ketika itu juga telah mulai tiba musim akhir kemarau, tiba-tiba datanglah kepada ibu Nabi saw. Pada malam menjelang kelahirannya, Siti Asiah dan Siti Mariam serta beberapa bidadari dari Syurga, maka mulailah Siti Aminah merasa sakit untuk bersalin kemudian ia pun melahirkan Junjungan kita di dalam keadaan dengan cahanya yang gilang-gemilang.
(BERDIRI)
Cahaya yang seperti matahari bersihnya
Menerangi malam dengan amat terangnya:
Malam yang dilahirkan Nabi kita didalamnya
Yang membawa agama yang nyata benarnya.
Maka karena itu dapatlah Sitti Aminah ibunya
kemegahan yang wanita lain tidak mendapatinya:
la membawa seorang putera untuk manusia sekalian:
Putera yang lebih mulia dari anak Mariam yang dara.
Kelahiran Nabi kita pada pandangan kafir umumnya
ialah suatu kedukaan yang terasa sangat berat.
Maka bertalu-talulah suara bersorak dengan riuhnya:
“Telah zahir Nabi pilihan; inilah kegembiraan yang sebenarnya.”
[Terjemahannya Sayid Syeikh Thaha bin Fadhlullah As Suhaimi, Ketua Mufti Negara Singapura: http://orgawam.wordpress.com/2008/04/03/terjemah-maulid-al-barzanji/ ]


Maulid Ad-Daiba’ie Menyebut tentang Keagungan Kelahiran Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam

فاهتز العرش طربا واستبشارا
وازداد الكرسي هيبة ووقارا
وامتلأت السموات انوارا
وضجت الملائكة تهليلا وتمجيدا واستغفارا
(سبحان الله والحمدلله ولآإله إلاالله والله اكبر)
ولم تزل أمة ترى انواعا  من فخره وفضله
 إلى نهاية تمام حمله
فلما اشتد بها الطلق
بإذن رب الخلق
و ضعت الحبيب صلى الله عليه وسلم ساجدا شاكرا حامدا كأنه البدر فى تمامه.

Terjemahan:

Maka ‘Arasy bergegar kerana merasa gembira
Kursi yang amat hebat itu pula menjadi semakin hebat dan ceria,
Dan tujuh petala langit dipenuhi cahaya,
Sedangkan suara para malaikat bergemuruh mengucapkan Tahlil, Tahmid, dan Istirgfar
(Maha Suci Allah, dan segala Puji bagi Allah, dan tiada Tuhan melainkan Allah, dan Allah Maha Besar)
Ibundanya sentiasa melihat pelbagai mimpi dan tanda kemegahan serta keutamaan bayi dalam rahimnya itu
Sehinggalah usia kandungannya cukup sempurna
Lalu ketika merasakan dirinya akan melahirkan
Dengan izin Tuhan segala makhluk
Maka beliau pun melahirkan Al-Habib (s.aw.) dalam keadaan bersujud syukur, dan memuji Allah, begitu indah laksana bulan purnama yang sempurna.

Simthu Ad-Durar oleh Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi

فحين قرب اوان وضع هذا الحبيب * اعلنت السموات والأرضون ومن فيهن بالترحيب * و امطار الجود الالهي على اهل الوجود تثج *والسنة الملائكة بالتبشير للعالمين تعج  * والقدرة كشفت قناع هذا المستور * ليبرز نورهُ كاملاً في عالم الظهور * نوراً فاق كل نور *و انفذ الحق حكمه * على من اتم الله عليه النعمة * من خواص الأمة * ان يحضر عند وضعه امة * تانيساً لجنابها المسعود * و مشاركةً لها في هذا السماط الممدود * فحضرت بتوفيق الله السيدة مريم والسيدة اسية * و معهما من الحور العين من قسم الله له من الشرف بالقسمة الوافية * فاتى الوقت الذي رتب الله على حضوره وجود هذا المولود * فانفلق صبح الكمال من النور عن عمود و برز الحامد المحمود * مذعناً لله بالتعظيم والسجود *
اللهم صل وسلم وبارك عليه وعلى آله

Terjemahan:

“Dan ketika hampir tiba saat kelahiran insan tercinta ini, gema ucapan selamat datang yang hangat berkumandang di langit dan di bumi.
Hujan kemurahan Ilahi tercurah atas penghuni alam dengan lebatnya...
Lidah malaikat bergemuruh mengumumkan kabar gembira, kuasa Allah menyingkap tabir rahasia tersembunyi, membuat cahaya Nur-Nya terbit sempurna di alam nyata…
"CAHAYA MENGUNGGULI SEGENAP CAHAYA"
Ketetapan-Nya pun terlaksana atas manusia pilihan yang ni'mat-Nya disempurnakan bagi mereka; yang menunggu detik-detik kelahirannya;
sebagai penghibur pribadinya yang beruntung dan ikut bergembira mereguk ni'mat berlimpah ini.
Maka hadirlah dengan taufiq Allah; As-Sayyidah Maryam dan As-Sayyidah Asiah, bersama sejumlah bidadari surga yang beroleh kemuliaan agung yang di bagi-bagikan oleh Allah atas mereka yang dikehendaki…
Dan tibalah saat yang telah diatur Allah bagi kelahiran (maulud) ini. Maka menyingsinglah fajar keutamaan nan cerah terang benderang menjulang tinggi......
Dan lahirlah insan pemuji dan terpuji, tunduk khusyu' di hadapan Alloh,dengan segala penghormatan tulus dan sembah sujud….”



Dhiya’u Al-Lami’e oleh Al-Habib Umar ben Hafizh

لما دنا وقت البروز لأحمد # عن إذن من ما شاءه قد كانا
حملت به الأم الأمينة بنت وه # ب من لها اعلى إلاله مكانا
من والد المختار عبد الله بن # عبد لمطلب رأى البرهانا
قد كان يغمر نور طه وجهه # وسرى إلى الإبن المصون عيانا
وهو ابن هاشم الكريم الشهم بن # عبد مناف ابن قصي كانا
والده يدعى حكيما شأنه # قد اعتلى اعزز بذلك شانا
واحفظ أصول المصطفى حتى ترى # فى سلسلات أصوله عدنانا
فهناك واغلم برفعه الى اس # ماعيل كان للأب معوانا
وحينما حملت به آمنة # لم تشك شئا يأخد النسوانا
وبها أحاط اللطف من رب اسما # أقصى الأذى والهم والأحزانا
ورأن كما قد جاء ما علمت به # أن المهيمن شرف الأكوانا
بالطهر من فى بطنها فاستبشرت # ودنا المخاض فأترعت رضوانا
وتجلت الأنوار من كل الجها # ت فوقت ميلاد المشفع حانا
وقبيل فجر أبرزت شمس الهدى # ظهر الحبيب مكرما ومصانا

Terjemahannya:

Tatkala hampir waktu kelahiran Ahmad (s.a.w.)
Dengan izin dari zat yang keinginanNya pasti terjadi,
Baginda s.a.w. berada dalam kandungan ibundanya Aminah binti Wahb (r.a.)
Yang dimuliakan Allah sebagai isteri
Kepada ayah Rasul yang terpilih, Abdullah anak
Kepada Abdul Muttalib yang telah melihat tanda keagungan,
Bahawa cahaya Thaha terpancar dalam wajah Abdul Muttalib,
Lalu berpindah dan terzahir pada puteranya (Abdullah) yang dipelihara,
Dia (Abdul Muttalib) adalah putera Hasyim yang terkenal dermawan lagi berwibawa,
Dia (Hasyim) pula putera daripada Abdul Manaf bin Qushaiy.
(Qushaiy) mempunyai ayah yang bergelar Hakim yang berpengaruh dan berwibawa.
Dan hafalkanlah nama para leluhur Al-Mustofa sehingga silsilahnya sampai kepada datuknya Al-Adnan.
Setelah Adnan, maka berhentilah,
Dan ketahuilah bahawa nasabnya bersambung kepada Ismail (a.s.) yang menjadi pembantu ayahndanya (Ibrahim a.s.)
Dan ketika Aminah mengandungkan Nabi (s.a.w.) tidaklah beliau mengeluh,
 Sebagaimana keluhan wanita hamil yang lain.
Maka Tuhan semesta alam menyelimuti Aminah dengan kelembutan,
Maka hilanglah segala ganguan, kegusaran dan kesedihan dengannya.
Kemudian beliau (Aminah) menyaksikan sebagaimana telah diketahuinya,
Bahawa yang Maha Pemelihara telah memuliakan alam semesta.
Dengan kesucian anaknda yang berada dalam kandungannya, maka beliau pun bergembira,
Dan semakin dekat dengan waktu kelahiran insan yang termulia dan berlimpahanlah redha Allah.
Dan bersinar cahaya dari segenap penjuru,
sebagai petanda kelahiran sang Pembawa Syafaat (s.a.w.) telah tiba.
Menjelang terbitnya fajar, maka lahirlah mentari pembwa hidayah,
Muncullah sang KEKASIH (s.a.w.) dalam keadaan yang dimuliakan dan dilindugi dalam naungan Ilahi.

[Ad-Dhiya’ Al-Lami’ Bi Zikr Maulid An-Nabi As-Syafi’ oleh Al-Habib Umar ben Hafiz]

Qasidah fi Rabi’e

في ربيع اطلع الله  #وأتى النصر من الله
يا له شهر عظيم # وشريف كرم الله
فيه جمعا قد فرحنا # وبنيل القصد فزنا
يا رسول الله طبنا # وعلينا انعم الله
ظهر الدين المؤيد # بظهور الهادي احمد
يا هنيئا بمحمد # ذلك الفضل من الله
ثاني عشر في ربيع # كان ميلاد الشفيع
صاحب القدر الرفيع # من له قد ايد الله
يوم ميلاد التهامي # خاتم الرسل الكرام
زخرفت دار السلام # واتى النصر من الله


Terjemahan:

Pada bulan Rabi’e yang dizahirkan Allah,
Dan kemenangan datang dari Allah,
Alangkah agungnya bulan ini,
Dan mulia yang dimuliakan Allah.

Padanya ada himpunan lalu kami gembira,
Dan dengan mendapatkan tujuan kami berjaya,
Wahai Rasulullah bahagianya kami,
Tatkala Allah memberi nikmat kepada kami (denganmu).

Terzahirnya agama yang terbela,
Dengan kemunculan Pemberi Petunjuk bernama Ahmad,
Alangkah gembiranya dengan Muhammad,
Itulah kurniaan dari Allah.

Dua belas Rabi’ul Awwal,
Ianya adalah waktu kelahiran Pemberi Syafaat,
Empunya keagungan yang tinggi,
Yang mendapat pemnbelaan Allah.

Hari kelahiran At-Tihami,
Penutup Rasul-rasul mulia,
Perhiasan Dar As-Salam,
Dan telah datang kemenangan dari Allah


عطر اللهم قبره الكريم * بعرف شذي من صلاة و تسليم
اللهم صل و سلم و بارك عليه و على اله و اصحابه


Prev: حسن المقصد في عمل المولد oleh Imam As-Suyuti