Wednesday 27 January 2010

Bicara Merdeka Seorang Guru Tua

Ditulis Oleh Dato' Dr Siddiq Fadzil

Thursday, 04 October 2007




Lima dasawarsa yang lalu

aku, anak desa yang dungu serba tak tahu

hanya ikut-ikutan melulu

memekik “Merdeka! Hidup Tunku!” bertalu-talu.





Hingga tiba ketika aku berani bertanya

ruh dan makna sepatah kata,

meminta bukti nyata sebuah cerita

“Merdeka”.





Kutadah segala madah

Kuperah khazanah hikmah

Kutemukan daulat karamah insaniyah

Mulia perkasa dengan al-‘izzah.



Merdeka siapa cuma mengenyah penjajah

Merdekaku meraih ‘izzah

Deklarasi syahadah: la ilaha illa ’Llah

menyanggah berhala seribu wajah

mengenyah segala bedebah penjajah, penjarah, penjenayah.





Kubongkar pendaman fakta

Kubuka kitab pusaka

Terserlah deretan nama

Wira merdeka bukan Tunku sahaja

Ramai yang mendahuluinya.





Mendadak aku bertanya

sejarah bikinan siapa?

Merdekakah kita,

julingkah mata sarjana

apabila tidak bersuara

tentang pahlawan tak dikenang

wira tak didendang?





Lima dasawarsa lamanya

banyak kata belum terkota

banyak lagi rupa tak seindah berita.

Bagi generasi yang semakin tak mengerti

kata merdeka bak mantra yang hilang sakti

dan mereka semakin tak peduli.



Jiwa merdeka sirna ditelan pesta

Matilah rasa hilanglah peka

betapapun gegak gempitanya

pekikan Merdeka! Merdeka! Merdeka!

Tetapi semerta terbelalak mata

bila setan korupsi menggoda,

“Mau duit ka? Mau duit ka? Mau duit ka?”



Gejala pesona yang kian menggila

menginjak taqwa menganjak jiwa

merdeka dengan Ketuhanan Yang Maha Esa

menjadi hamba kewangan yang “maha berkuasa”.



Pada Hari Merdeka yang ceria

kusimpan tangis di balik tawa

kupendam cemas di tengah pesta.

Akan terjualkah merdeka kita?




Siddiq Fadzil

KDH: 31 Ogos 2007.

Dikutip dari Buku Siddiq Fadzil, Mensyukuri Nikmat Menginsafi Amanat Sempena 50 Merdeka (Kajang: Wadah&Akademi Kajian Ketamadunan, 2007)

No comments:

Post a Comment